Dasar Teologis Pendidikan Agama Kristen

Dasar Teologis Pendidikan Agama Kristen. Ikuti contoh skripsi dan tesis serta disertasi di blog yang mengalami perubahan alamat url: KLIK DISINI

Baja Juga: Perjuangan 2 Tahun yang berujung pada senyum.


Dasar teologis Pendidikan Agama Kristen yang dimaksud disini yakni pelaksanaan pendidikan Agama Kristen didasarkan pada firman Tuhan yaitu Alkitab yang terdiri dari Perjanjian Lama dan Baru. Dalam Perjanjian Lama, perintah mengajar dapat diperhatikan dalam Ulangan 6:1-7. Dalam ayat ini para orang tua mendapat amanat untuk mengajar anak. Menurut Nuhamara, sebagai orang Kristen, anak adalah karunia Tuhan yang dipercayakan kepada orangtua dalam pemeliharaan maupun pendidikannya.Oleh karena itu orang tua mempunyai keutamaan dalam hak dan kewajiban untuk mendidik anak-anaknya.(Daniel Nuhamara, 2007:58). Hak dan kewajiban ini ditopang oleh kehendak Tuhan sebagaimana dinyatakan di dalam Perjanjian Lama, yakni Tuhan mewajibkan orangtua mendidik anak-anaknya dalam iman dan kasih kepada Tuhan dan sesama (Ul. 6:1-7). Jadi kewajiban mendidik dilakukan melalui ucapan-ucapan verbal (pengajaran) tetapi juga melalui contoh hidup (pendidikan) dalam kehidupan sehari-hari melalui orangtua.
Selain kitab Ulangan, firman Tuhan dalam Amsal 1:8 juga dapat dipakai sebagai landasan teologis tentang PAK dalam keluarga Kristen. Firman Tuhan dalam Amsal 1:8 menyatakan bahwa anak patut mendengar didikan orangtua (ayah dan ibu). Dalam Perjanjian Baru juga ditemukan bukti-bukti tentang PAK dalam keluarga Kristen. Dalam Efesus 6:1-4 Paulus menegaskan kepada para orang tua Kristen untuk mendidik anak dalam ajaran dan nasehat Tuhan.
2. Pendidikan Agama Kristen di Gereja Pendidikan Kristen di Gereja dilaksanakan dalam berbagai kategori seperti Sekolah Minggu dan katekisasi. Selain itu melalui khotbah-khotbah yang berbentuk pengajaran doktrin seperti Allah Tritunggal, Yesus Kristus, Roh Kudus, Gereja, Akhir zaman, pengajaran tentang malaikat, pengajaran tentang iblis dan cara kerjanya. Pengajaran tentang ajaran-ajaran sesat. Pengajaran tentang Alkitab adalah firman Allah yang memiliki otoritas untuk mengukur doktrin dan perilaku orang Kristen. Intinya Gereja berperan dalam pendidikan Kristen, baik itu melalui pengajaran maupun keteladanan hidup anggota jemaat yang dapat memberi didikan kepada siswa atau orang yang membutuhkan pendidikan Kristen. Gereja tidak hanya mendidik melalui pengajaran Kristen tetapi juga melalui kehidupan nyata. Iris V. Cully menyatakan “sejak permulaan gereja telah menjadi masyarakat yang mengajar”. Hal ini menegaskan bahwa dimanapun dan kapan saja Gereja merupakan masyarakat yang tetap meneruskan pengajaran. Gereja tidak hanya mengajar tetapi juga melalui keteladanan hidup, baik melalui pendeta atau gembala-gembala sidang, majelis dan anggota jemaat juga dapat menolong siswa dalam nilai-nilai Kristiani. Jadi, Gereja menjadi tempat kedua para siswa mendapat pendidikan Kristen. Pendidikan Kristen yang dilakukan di Gereja adalah pendidikan yang berporos pada Yesus Kristus. Yesus dalam pelayanan-Nya tidak mengabaikan tugas mengajar. Penulis Injil Matius mencatat 9 kali kata mengajar yang menunjuk pada kegiatan Yesus. Injil Markus mencatat 15 kali, dan Lukas 8 kali. Maka mengajar itu merupakan bagian yang amat penting dalam pelayanan Yesus. Tempat mengajar Yesus itu berfariasi, yaitu di bait Allah, di rumah ibadat (sinagoge), di pantai danau atau perahu nelayan, di bukit dan di tempat yang datar. Tempat tidak menjadi kendala Yesus melakukan tugas pendidikan. Salah satu tugas pendidikan itu yakni mengajar. Pemahaman ini sesuai dengan pandangan Clementus. Menurut Clementus, pendidikan adalah kata yang dipakai dengan cara yang bermacam-macam. Ada pendidikan dalam arti kata seorang yang sedang dibimbing dan diajar, pendidikan juga merangkum tindakan yang berhubungan dengan tugas membimbing dan mengajar.Selain itu pendidikan menyangkut proses bimbingan dan hal-hal apa saja yang diajarkan. Pendidikan yang diberikan Tuhan merupakan tindakan menyampaikan kebenaran yang akan menuntun seseorang secara benar kepada suatu relasi dengan Tuhan dan kepada usaha mengaplikasikan perilaku suci dalam kehidupan setiap orang.

Pendidikan Agama Kristen di Sekolah

Pendidikan Krisaten di sekolah menurut pendidikan Kristen dimaksud disini yakni teori dan konsep para pendidik Kristen. Para pendidik Kristen disini adalah pendidik Kristen yang ditemukan dalam beberapa literatur Pendidikan Kristen. Pembahasan ini tidak bermaksud membahas seluruh pendapat dari pendidik-pendidik Kristen yang ditemukan dalam literatur maupun penulis buku pendidikan Kristen. Dengan demikian maka penulis hanya mengambil beberapa pendapat dari pendidik-pendidik Kristen tentang pandangan mereka akan pendidikan Kristen di sekolah. Setalah menjelaskan bagian ini, penulis akan mengemukakan pendidikan Kristen berdasarkan kurikulum Pendidikan Kristen atau sering disebut dengan Pendidikan Agama Kristen yang dikeluarkan oleh pemerintah Republik Indonesia.
Usaha di atas bermaksud untuk menemukan berbabagai pendapat tentang pendidikan Kristen di sekolah dan pendidikan Kristen di sekolah yang didasarkan pada kurikulum yang didalamnya telah ditentukan standar kompetensi, kompetensi dasar serta indikator-indikatornya. Dan apakah pendidikan Kristen di sekolah memiliki pengaruh yang kuat atas diri siswa di sekolah karena para siswa telah, sedang dan akan menghadapi berbagai pengaruh gerakan yang pada satu sisi dapat menggoyahkan iman, tetapi sisi yang lain dapat memperkaya. Salah satu gerekan yang mempengaruhi dunia pendidikan adalah Gerakan Zaman Baru.
Berdasarkan pemahaman demikian maka penting memahami Pendidikan Kristen yang diselenggarakan di sekolah berdasarkan pendapat-pendapat pendidik Kristen yang diambil dari beberapa literatur Kristen. Ada banyak pendidik Kristen, misalnya dalam buku Robert R. Boehlke Sejarah Perkembangan Pikiran dan Praktek PAK Jilid 1 dan 2 dikemukakan banyak pendidik Kristen yang memiliki kontribus besar dalam pendidikan Kristen, namun dalam penjelasan ini hanya mendeskripsikan pendapat-pendapat pendidik Kreisten yang langsung berhubungan dengan pendidikan di sekolah. Berikut ini para pendidik Kristen tentang pendidikan Kristen di sekolah.
Menurut Iris V. Cully ((1995) “sekolah adalah lingkungan di mana anak-anak dari setiap generasi diajarkan tentang apa yang diharapkan dan dituntut oleh suatu kebudayaan”. dapat dilakukan melalui kegiatan mengajar dan memberi teladan (sikap hidup atau perilaku guru yang sesuai dengan ajaran Kristen). Keteladanan adalah cara mendidik melalui perilaku yang baik dari setiap pendidik Kristen atau guru di sekolah yang akan mempengaruhi peserta didik atau siswa di sekolah. Sedangkan mengajar melibatkan pemberdayaan intelek individu untuk meningkatkan tubuh, pikiran dan jiwa. Hal ini tidak berarti bahwa keteladanan tidak melibatkan pikiran dan jiwa. Pikiran sangat diperlukan dalam kehidupan karena dengan pikiran itulah kemudian setiap orang mengaplikasikan apa yang diketahuinya dalam perilaku hidupnya.
Berdasarkan paparan di atas menjadi jelas bahwa dalam pendidikan terdapat dua interaksi yaitu orang dewasa yang dalam konteks sekolah disebut guru dan orang belum dewasa yang dalam konteks sekolah formal disebut peserta didik. Dalam pendidikan Kristen di sekolah dibutuhkan peran guru-guru. Secara keyakinan, peserta didik membutuhkan guru-guru Kristen yang dapat memberi pengajaran dan keteladanan yang baik. Guru adalah mereka yang memiliki tekad dan kemauan tidak pernah berakhir untuk memastikan bahwa semua siswa mengambil kendali dari belajar mereka sendiri dan mencapai potensi maksimum mereka, sambil terus berusaha untuk 'mencapai dan mengajarkan' setiap siswa di bawah perawatan mereka. Guru Kristen mengajar dengan pandangan untuk membuat siswa berkembang menjadi individu yang yang lebih baik. Untuk memahami pokok-pokok pengajaran dalam pendidikan Kristen maka deskripsi berikut ini akan memaparkan pengajaran-pengajaran Kristen dalam berbagai teori tentang Pendidikan Kristen di sekolah.
Menurut E.G.Homrighausen dan I.H. Enklaar. Kedua ahli Pendidikan Kristen di atas dalam bukunya yang berjudul “Pendidikan Agama Kristen” menjelaskan tentang pendidikan Kristen atau istilah yang dipakai oleh kedua ahli ini yakni Pendidikan Agama Kristen di Sekolah-sekolah. Kedua ahli ini menyatakan bahwa ada negara-negara lain yang bersikap toleran terhadap agama tetapi pemerintah tidak mengakomodir pelaksanaan pendidikan agama di sekolah-sekolah. Ada pula negara-negara komunis seperti Cekoslovakia dan Hongaria, pemerintahnya mengizinkan pengajaran agama Kristen di sekolah-sekolah negara, guru-guru dibiayai oleh negara.
Sementara di Indonesia, kedua ahli di atas menyatakan: Ada pula negara seperti Indonesia, pemerintahnya bersifat demokratis, tidak mau menganakmaskan agama tertentu. Setiap agama mendapat kesempatan untuk mengajarkan pendidikan keagamaan kepada peserta didik sesuai dengann agamanya. Artinya pemerintah Indonesia mengizinkan pendidikan keagamaan di sekolah-sekolah dan membiayai gaji guru-guru agama.
Adanya Pendidikan Kristen atau pendidikan yang bernafaskan keyakinan Kristen di sekolah memberi faedah-faedah yang berarti. Menurut E. G. Homrighausen dan I.H. Enklaar, faedah pendidikan keagamaan Kristen di sekolah yaitu:

(1) Gereja dapat menyampaikan Injil kepada anak-anak dan pemuda-pemuda yang sukar dikumpulkan dalam PAK gereja sendiri, seperti Sekolah Minggu dan Katekisasi.
(2) Anak-anak yang menerima pendidikan Kristen di sekolah akan merasa bahwa pendidikan umum dan keagamaan ada hubungannya
(3) Meringankan beban biaya Gereja yang harus dikeluarkan untuk pendidikan Kristen di sekolah
(4) Agama mulai menjadi bagian kebudayaan setiap rakyat.

Dalam konteks pendidikan Agama Kristen di sekolah, seorang guru PAK adalah seorang pelayan firman Allah atau seorang penafsir isi Alkitab dan menerapkannya secara praktis kepada siswa. Kualitas Pendidikan Agama Kristen di sekolah berhubungan dengan kemampuan guru PAK membaca komentar atau tafsiran-tafsiran Alkitab, khususnya yang berhubungan dengan nilai-nilai Kristiani seperti kasih dengan beberapa indikator kasih sebagaimana dalam I Korintus 13:4. Indikator kasih itum yakni:

a. Murah hati
b. Tidak cemburu
c. Tidak memegahkan diri dan tidak sombong
d. Tidak melakukan yang tidak sopan
e. Tidak mencari keuntungan diri sendiri
f. Tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain (tidak bersedia memaafkan orang yang bersalah padanya)
g. Tidak bersukacita karena ketidak adilan tetapi karena kebenaran
h. Sabar menanggung segala sesuatu

Silakan baca Skripsi, Tesis, Disertasi dalam bidang Teologi dan Pendidikan Kristen di weblog melalui Link KUMPULAN CONTOH SKRIPSI DAN TESIS SERTA DISERTASI PAK
Previous Post
Next Post
Related Posts