Bab I Skripsi S.Pd.K

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia diciptakan Tuhan segambar dan serupa dengan Allah. Ada pada manusia potensi yaitu kreativitas dan inovasi. Berdasarkan kemampuan inilah maka manusia memiliki peluang untuk mengembangkan potensinya menjadi sosok kreatif yaitu memiliki daya cipta. Kreativitas muncul dari kemampuan menggunakan belahan otak kanan. Hal ini mesti diperhatikan secara baik dalam dunia pendidikan, khususnya dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Kristen. Intinya ada pada manusia kemampuan logis dan estetis. Oleh karena itu perlu diberdayakan secara baik dalam proses pembelajaran. Pernyataan di atas menegaskan bahwa guru perlu memberi perhatian terhadap peserta didik dalam aspek: kecerdasan, latar belakang keluarganya, gaya belajar, kepribadian, dan kemampuan belajarnya. Namun masalah yang terjadi yakni guru kurang memberi perhatian terhadap perbedaan tersebut. Akibatnya guru melakukan pendekatan yang sama terhadap semua pembelajar, akibatnya proses pembelajaran tidak memberi jawaban bagi perbedaan setiap pembelajar tersebut. Pembelajaran yang terjadi hanya bersifat mentransfer informasi sehingga menjadikan siswa pasif dan hanya duduk, diam, dengar, mencatat dan menghafal. Pembelajaran seperti ini tidak menumbuhkan kemampuan dan ide pembelajar. Sementara perkembangan masa kini membutuhkan cara belajar-mengajar yang membuat siswa menjadi pihak yang lebih aktif karena mampu menemukan, membentuk dan mengembangkan pengetahuan sendiri.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan paparan masalah tersebut di atas, identifikasi masalah penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

Pertama, Seperti apa metode pembelajaran yang relevan untuk setiap peserta didik

Kedua, Guru merasa nyaman dengan salah satu metode pembelajaran

Ketiga, sejauh mana guru menerapkan pembelajaran kreatif

C. Batasan Masalah

Penelitian ini difokuskan pada penerapan pembelajaran kreatif

D. Rumusan Masalah

Bagaimana penerapan pembelajaran Kreatif
Teori Pembelajaran Kreatif
Pengertian Pembelajaran Kreatif (Creative learning)

Pembelajaran kreatif artinya kemampuan mengelola pembelajaran secara menarik. Daya tarik itu disebabkan karena dalam pembelajaran kreatif selalu ada peluang untuk mengembangkan daya cipta/kemampuan untuk menciptakan sesuatu. Sesuatu disini berhubungan dengan belajar dan mengajar. Dalam pembelajaran kreatif, siswa mengkonstruksikan pengetahuan atau menciptakan makna sebagai hasil dari pemikiran dan berinteraksi dalam suatu konteks sosial. Teori belajar ini merupakan teori tentang penciptaan makna.
Pembelajaran kreatif menekankan pada pengembangan kreatifitas, baik pengembangan kemampuan imajinasi dan daya cipta (mengarang, membuat keerajinan tangan, mempraktekkan kesenian, dll) maupun pengembangan kemampuan berpikir kreatif. Kreativitas merupakan tahap paling tinggi dalam pengembangan kemampuan berpikir kreatif pada diri siswa. Guru sebagai fasilitator pun.
Pembelajaran kreatif selalu erhubungan dengan belahan otak. Menurut penelitian, manusia memiliki belahan otak kiri dan kanan. Kedua belahan otak berkaitan dengan aktivitas yang berbeda pula. Pembagian kerja otak secara garis besar adalah sebagai berikut: Otak kiri menyimpan dan mengoperasikan: kata-kata, logika, angka, urutan. Linear, analisis. Sedangkan belahan otak kanan berfungsi untuk: Irama, keasadara spasial, dimnesi, imajinasi, melamun, warna, kesadaran holistik.
Sedangkan belahan otak kiri menampung dan melaksanakan hal-hal berupa: masalah-masalah logika dan matematika, serta memproses secara berurutan. Otak kiri menangani rincian, mengatur data, dan mengendalikan pembicaraan serta kemampuan menulis. Otak kanan bekerja dengan cara lebih acak, kurang teratur. Otak kanan menangani kreativitas, interpretasi serta metafora dan sebagainya dan bekerja dengan perasaan dan intuisi seseorang.

Kreativitas muncul dari interaksi yang luar biasa antara kedua belahan otak. Misalnya dalam hal menulis, tulisan yang baik memanfaatkan kedua belahan otak. Menulis adalah aktivitas seluruh otak yang menggunakan belahan otak kanan (emosional) dan belahan otak kiri (logika). Untuk itu, perlu menerapkan teknik belajar yang melibatkan kedua belahan otak dan mendahulukan penggunaan otak kanan (emosi) supaya belajar lebih berhasil dan menyenangkan.
Previous Post
Next Post
Related Posts