Pendidikan Kristen berpusat pada Yesus Kristus. Oleh karena itu maka Pendidikan Kristen yang dilaksanakan di berbagai setting: seperti Pendidikan Kristen di Keluarga, Gereja, Sekolah harus didasarkan pada nilai-nilai Kristen. Nilai-nilai ini tidak dapat dipisahkan dari Kristus. Pengenalan Kristus itu terlaksana melalui firman tertulis (Alkitab).
Dalam melaksanakan Pendidikan Kristen, ada beberapa unsur Pendidikan Kristen. Paling tidak ada empat unsur pendidikan Kristen yang penting sebagaimana tercermin dalam kehidupan jemaat mula-mula yang tertulis dalam Kisah Para Rasul 2:42-47, dan semuanya harus ada dalam program pendidikan Kristen (Robert E. Clark, 1998:397-399). Keempat unsur itu yakni:
1. Pengarahan
Pengarahan, lewat khotbah dan pengajaran, terutama berhubungan dengan kecerdasan dan melibatkan penyampaian informasi, doktrin, serta kebenaran Alkitab. Proses ini juga meliputi pelatihan, seperti pengembangan ketrampilan mengajar atau kepemimpinan. Karena mengajar dan berkhotbah praktis berhubungan dengan proses melatih dan mengembangkan kecerdasan, maka pengarahan akan memberikan dasar (yang juga meliputi pengajaran kabar baik tentang keselamatan) dalam pertumbuhan menuju kedewasaan dalam Kristus sebagai manusia yang bertumbuh dalam pengetahuan akan Dia dan Firman-Nya.
2. Penyembahan
Penyembahan artinya mengekspresikan pikiran kita tentang Tuhan kepada Tuhan. Penyembahan dalam bahasa Inggris kuno berasal dari kata "worthship" yang menunjuk pada kelayakan seseorang dalam menerima pujian dan hormat. Sikap yang benar dimana kita mengakui siapa Tuhan itu serta hak-Nya untuk menerima pujian dan kekaguman kita adalah unsur penting dalam penyembahan. Walau penyembahan atau ekspresi hati terutama melibatkan perasaan emosi seseorang, hal itu harus dilakukan berdasar pengenalannya akan Tuhan. Lois E. LeBar mengatakan, "Penyembahan adalah pemujaan kepada Tuhan saja, bersyukur pada Dia untuk segala kebaikan- Nya bagi kita, dan menyerahkan segala keinginan kita menjadi kehendak-Nya dalam hadirat-Nya. Ketika pengarahan berhubungan dengan akal, maka penyembahan menantang perasaan dan keinginan kita. Dan dengan dasar yang Alkitabiah, tingkah laku kita akan dibentuk menurut kesukaan-Nya."
3. Persekutuan
Unsur ketiga yang harus menjadi bagian penting dalam program pendidikan Kristen di gereja adalah persekutuan. Seorang percaya tidak hanya merindukan persekutuan dengan Juruselamat dan Tuhannya, namun ia juga mencari pendidikan moral lewat gereja selaku tubuh Kristus (Ef. 4:15-16, 1Yoh. 1:3). Persekutuan yang benar tentu lebih dari sekedar aktivitas sosialisasi atau rekreasi atau sebatas sebagai kegiatan kumpul-kumpul yang membuat anggotanya merasa nyaman berada dalam kelompok, namun juga sebagai sarana saling membangun satu sama lain lewat perhatian, doa, sharing, pemanfaatan talenta dan kemampuan serta pengembangan pertemanan Kristen yang hangat. Persekutuan semacam ini dapat dilakukan oleh berbagai kelompok umur. Bahkan anak-anak juga dapat membangun atmosfer komunitas lewat kegiatan yang menawarkan kerjasama daripada persaingan. Dalam konteks pelayanan dewasa, LeBar mengatakan, "Kedalaman persekutuan mereka dengan Tuhan dan sesamanya akan memunculkan kualitas penyembahan dan penginjilan dalam gereja."
4. Pelayanan Nyata
Unsur keempat yakni pelayanan nyata, berfokus pada kewajiban tiap pribadi orang percaya untuk bertindak berdasarkan pengetahuan dan imannya. Hal ini dapat dilakukan dalam berbagai cara. Ia dapat berbicara mengenai imannya, mengajar, melakukan kunjungan, melayani sebagai diaken, membantu dalam bidang administrasi gereja lokal, melatih orang lain, menunjukkan keramahan dan kasih bagi mereka yang sedang sakit dalam perkumpulan, doa atau memimpin pelajaran Alkitab. Pelayanan macam ini tidak hanya memungkinkan untuk dilakukan oleh beberapa orang saja, namun juga oleh berbagai kelompok umur, anak-anak, pemuda, dan orang dewasa juga dapat dilibatkan.
Selain empat unsur di atas, satu aspek penting lagi yang perlu ada dalam program pendidikan Kristen di gereja adalah Penginjilan. Penginjilan atau pemaparan tentang Injil adalah tujuan utama dalam pendidikan Kristen sebagaimana diperintahkan oleh Alkitab. Hal ini tidak dimasukkan sebagai salah satu bagian dari keempat unsur sebelumnya, namun meresap kedalamnya. Pengarahan, penyembahan, persekutuan dan pelayanan nyata, semuanya dapat dipakai oleh gereja sebagai alat penginjilan untuk memenangkan jiwa bagi Kristus. Sebagai contoh, dalam sebuah kegiatan camp (yang meliputi empat unsur tersebut), seorang murid SMU dapat menerima Yesus sebagai Juruselamatnya lewat berbagai macam aktivitas. Dia mungkin dapat mendengar dan menanggapinya ketika mendengar khotbah (pengarahan), ketika malam perenungan api unggun (penyembahan), atau lewat bimbingan rekan sekamarnya (persekutuan, pelayanan nyata). Gereja lokal harus bertanya pada diri sendiri, apakah orang-orang yang terlibat dalam berbagai program dan pelayanan kita benar-benar menampakkan pernyataan bahwa Kristus adalah Juruselamat sehingga mereka yang belum bertobat dapat dan akan menanggapinya? Apakah ada penekanan akan keselamatan dalam pertumbuhan dan pelayanan?
Penilaian yang dilakukan secara berhati-hati terhadap program- program pendidikan Kristen bagi kelompok umur tertentu mungkin akan menunjukkan adanya penekanan berlebihan atau yang kurang atas salah satu dari keempat unsur di atas. Tiap departemen harus bekerja secara baik untuk membuat daftar urutan semua rencana program yang akan dilakukan selama setahun (Sekolah Minggu, program Minggu malam, camp, sekolah Alkitab liburan, persekutuan kelompok mingguan) dan mengetahui unsur mana yang memerlukan penekanan khusus dalam setiap detail program.