1. Kelahiran Kembali Bagi Seorang Pendidik Kristen
Seorang Pendidik Kristen harus mengalami kelahiran kembali (proses pembaharuan hidup dalam Yesus Kristus). Kelahiran kembali sebagaimana yang dimaksud disini dapat diperhatikan dalam narasi percakapan Yesus dengan Nikodemus. Pada watu Nikodemus menemui Tuhan Yesus pada watu malam, Nikodemus menanyakan apa yang ia lakukan untuk memperoleh hidup yang kekal. Maka Yesus menjawabnya sampai tiga kali untuk dilahirkan kembali (Yoh. 3:1-11). Nikodemus seorang Farisi, pemimpin agama Yahudi yang berpendidikan tetapi datang kepada Yesus untuk mendapatkan hidup yang kekal. Syarat yang harus dimiliki untuk meneriama hidup yang kekal adalah kelahiran kembali oleh kuasa Roh Kudus.
Kelahiran kembali sebagaimana yang dimaksud di atas menjadi suatu syarat yang mesti dipenuhi oleh seorang yang hendak menjadi guru Pendidikan Kristen. Seorang Pendidik Kristen seyogyanya sudah mengalami kelahiran kembali dan menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan juruselamat secara pribadi. Stephen Tong menyatakan, “Kalau seorang pendidik memiliki kepribadian yang belum beres, atau tidak sesuai dengan kedudukan atau kewajiban sebagai pendidik, maka pribadinya yang tidak baik akan merusak orang lain”.(Mary Setiawani dan Stephen Tong, 1995:38). Hal senada Mary Go Setawani yang menandaskan, “Seorang yang tidak memiliki hidup Kristus, tentu tak sanggup membina, hidup apalagi mempengaruhi orang lain” (Mary Setiawani, t.th: 7)
Kelahiran kembali merupakan suatu proses ilahi yang harus teralami dalam diri guru Pendidik Kristen . Pada saat seseorang mengalami pengalaman spiritual yaitu dijamah Roh Kudus maka orang tersebut akan mengakui dan meninggalkan segala dosa, dan bersedia untuk hidup kudus sehingga ia disebut manusia baru atau ciptaan baru di dalam Kristus (II Kor. 5:17). Pendidik Kristen yang telah mengalami kelahiran kembali akan memberikan dampak positif terhadap kehidupan peserta didik. Dalam hal ini benarlah perkataan Stephen Tong, yaitu:
Seorang guru agama Kristen haruslah seorang yang sudah mengalami diperanakan pula (dilahirkan kembali). Ini menjadi faktor utama yang penting. Jika ada orang yang sudah betul-betul diperanakan pula, berjanji bersekutu dan berdoa, berani untuk menggarap sistem pendidikan, masa depan akan sangat berbeda dan akan terbentuk pemuda-pemuda yang baik yang berbeda dengan guru-guru sekarang yang tidak memiliki sasaran.(Stephen Tong, 1995:23)
Dari uraian di atas, jelas bahwa seorang guru PAK harus menerima kelahiran baru dari Roh Kudus, sehingga saran dan tujuan hidup seorang guru menjadi dasar untuk mengajarkan kebenaran Firman Allah kepada peserta didik.
Jadi, kelahiran kembali merupakan syarat yang mutlak bagi setiap Pendidik Kristen dalam melaksanakan proses pendidikan Kristen bagi peserta didik sehingga peserta didik diarahkan mengalami perjumpaan dengan Yesus Kristus.
2. Terpanggil sebagai Pengajar
Setiap orang mempunyai panggilan yang berbeda-beda untuk melakukan pelayanan yang dipercayakan Tuhan bagi umat-Nya. Untuk mengerti dan memahami panggilan Tuhan sebagai pengajar merupakan pergumulan pribadi yang membutuhkan penyerahan diri secara total untuk dipakai Allah sesuai dengan kehendak-Nya.
Allahlah yang memanggil umat-Nya untuk melakukan tugas pengajaran dan melalui iman setiap orang percaya memahami bahwa Allah memanggil setiap guru PAK untuk mengajarkan Firman Allah. Hal ini ditegaskan oleh Samuel Sidjabat yang menyatakan,
Ada dua hal penting yang perlu kita tahu tentang kehendak Allah berkaitan dengan tugas dan panggilan keguruan: Pertama; Allah memanggil kita untuk menjadi umat kepunyaan-Nya serta untuk mengasihi Dia dengan segenap kepribadian (I Ptr. 2:9; Mrk. 12:29-30) Allah menghendaki agar kita hidup memuliakan Dia dalam atau lewat apa yang kita kerjakan (Kol. 3:23; I Kor. 10:31). Kedua; Allah memanggil kita sejak semula untuk menjadi kawan sekerja-Nya. Hal ini telah dinyatakan kepada Adam dan Hawa, nenek moyang manusia pertama kali dahulu (Kej. 1:28). (Sidjabat, 1996:334-335)
Untuk meresponi panggilan Tuhan, diperlukan pengabdian dengan menyerahkan segenap hidup bagi pekerjaan-Nya (Rm. 12:1-2). Panggilan Allah secara khusus ditujukan kepada setiap guru PAK. Homrighausen dan Enklaar menyatakan bahwa para pendidik itu telah mendapat panggilan yang khusus untuk pekerjaan yang khusus. Oleh sebab itu, mereka juga memerlukan tenaga pendorong yang khusus pula untuk dapat melaksanakan pekerjaan yang suci mulia dan hati yang menyala-nyala. (E.G. Homrighausen dan I.H. Enklaar, 13)
Hal senada dinyatakan Mary Go Setiawani:
Bila guru memahami bahwa pekerjaan pendidikan di sekolah adalah panggilan khusus dari Allah, dan yakin bahwa dirinnya sedang melayani Allah, maka seharusnya ia dapat setia dan bertanggung jawab kepada Allah. Sehingga dalam kesucian yang bagaimanapun, ia tetap teguh dalam iman, sabar dan setia sampai mati.
Pendidik Kristen telah mendapat panggilan yang khusus untuk mengajar sehingga bertanggung jawab atas pangilan tersebut. Panggilan dari Allah untuk tetap hidup suci, kudus, teguh dalam iman dan tetap setia mengikuti panggilan Tuhan.
Yohanes calvin memberikan syarat yang harus ditaati atau dipatuhi oleh setiap pelayan yang benar dan sesuai dengan kehendak Allah. Pertama, para pengajar haruslah orang yang dipanggil Tuhan untuk melakukan pelayanan tersebut. Kedua, mereka yang dipanggil untuk mengajar, harus menjawab panggilan itu. Mereka harus dengan tekun dan rela memikul serta melaksanakan tugas-tugas yang diberikan kepadanya (Yohanes Calvin, 2000:246)
Dalam surat Yakobus 3:1 tertulis, “Saudara-saudara janganlah banyak orang diantara kamu mau menjadi guru; sebab kita tahu, bahwa sebagai guru kita akan dihakimi menurut ukuran yang lebih berat”. Dalam hal ini tidak semua orang dipanggil menjadi guru. Kata “jangan banyak” memiliki arti yang terbatas pada jumlah orang, sehingga panggilan untuk mengajar jelas dari Tuhan dan menjalankan panggilan tersebut untuk kemuliaan Tuhan saja. Istilah ini juga menjadi suatu peringatan serius bagi setiap pengajar, agar melaksanakan tugasnya dengan penuh integritas.
Dalam hal ini panggilan untuk mengajar dengan jelas dari Tuhan dan melaksanakan panggilan itu dengan penuh tanggung jawab sebagai anugerah Allah. Oleh karena itu, seorang pengajar harus tetap mengabdi atau setia sampai mati (bnd. Why. 2:10).
3. Dewasa dalam iman
Kelahiran baru dan keterpanggilan menjadi pengajar adalah hal yang mendasar menuju kedewasaan iman di dalam Kristus. Kedewasaan iman guru Pendidik Kristen akan memberikan pengaruh positif bagi setiap peserta didik dalam keteladanan mentaati Firman Allah.
Samuel Sidjabat menyatakan, “Guru terpanggil untuk bertumbuh ke arah pengenalan yang semakin mendalam dan lengkap tentang pribadi Yesus Kristus (bnd. Kol. 2:6-7; Gal. 2:19-20)” (Sidjabat, 36). Pengenalan yang semakin mendalam yang dimaksud adalah terus-menerus memperkaya diri dengan belajar firman Allah.
Dalam Kolose 2:6-7 tertulis, “Kamu telah meneima Kristus, Tuhan kita. Karena itu hendaklah hidupmu tetap di dalam Dia. Hendaklah kamu berakar di dalam Dia dan dibangun di atas Dia. Hendaklah kamu bertambah teguh dalam iman yang telah diajarkan kepadamu, dan hendaklah hatimu melimpah dengan syukur”. Kedewasaan iman hanya bisa terjadi jika seseorang tetap berada di dalam Kristus, berakar di dalam Dia dan memiliki iman yang teguh di dalam Kristus. Guru PAK yang tidak memiliki kedewasaan iman akan membuat kehidupan rohani peserta didik tidak bertumbuh di dalam pengenalan akan Kristus.
Mary Go Setiawani menyatakan,
Seorang Kristen yang suam-suam kuku dan tidak mempunyai kerinduan untuk maju dalam kehidupan rohaninya, tak mungkin memiliki gairah untuk memperhatikan kehidupan rohani orang lain; bila guru sendiri tidak mempunyai kerinduan dan kurang berlatih dalam hal-hal rohani, ia tidak dapat melatih atau membina muridnya. Hanyalah orang Kristen memiliki kerinduan untuk bertumbuh dalam Kristus layak menjadi guru (Mary Go Setiawani, Op. Cit. hlm. 7)
Dewasa dalam iman menjadikan guru PAK bertahan dalam penderitaan, tantangan dan masalah yang dihadapi dalam proses belajar mengajar, karena iman merupakan dasar dari segala sesuatu yang diharapkan dan bukti dari segala sesuatu yang belum terlihat (Ibr. 11:1). Iman yang kokoh di dalam Kristus memberikan pengaruh yang baik bagi peserta didik untuk menerima dan mendengar setiap pengajaran firman Allah yang menimbulkan atau menumbuhkan iman (bnd. Rm. 10:17).