Contoh Bab V Skripsi Tesis dan Disertasi


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Upaya untuk menggunakan pendekatan teologis-etis dalam rangka berbicara mengenai makanan yang sehat, merupakan sebuah upaya yang baik tetapi tidak boleh dijadikan sebagai syarat mutlak untuk makanan sehat sebagai hal yang ditetapkan Tuhan untuk terus dilakukan sepanjang zaman. Alkitab tidak memberikan dasar untuk membuat proposisi afirmatif mengenai keharusan teologis-etis dalam menyantap makanan yang sehat. Juga, upaya untuk berargumentasi bahwa hukum-hukum mengenai makanan dalam Perjanjian Lama tetap valid bagi orang-orang Kristen sekarang, merupakan upaya yang jelas bertentangan dengan konsep teologi biblika mengenai makanan. Spiritualitas Kristen tidak memiliki acuan apa pun yang berhubungan dengan makanan. Makanan dan minuman tidak menentukan kerohanian orang Kristen. Upaya-upaya seperti ini hanya akan berakhir dengan penciptaan ‘Taurat’ baru bagi orang-orang percaya.
Tetapi, orang Kristen harus menghindari gagasan yang sembarangan bahwa karena demikian maka ia dapat saja meniadakan kehati-hatian apa pun soal makanan. Gagasan seperti ini tidak sejalan dengan Alkitab. Paulus tidak percaya bahwa makanan dan minuman memiliki signifikansi spiritual. Tetapi, ia mempertimbangkan aspek lain dalam jemaat, sehingga ia mendorong jemaat di Korintus dan di Roma untuk tidak menjadikan asersinya mengenai makanan itu sebagai kebebasan yang menimbulkan batu sandungan. Dalam bagian-bagian lain, Paulus mengingatkan orang Kristen: “Segala sesuatu halal bagiku, tetapi bukan semuanya berguna. Segala sesuatu halal bagiku, tetapi aku tidak membiarkan diriku diperhamba oleh sesuatu apa pun” (1Kor. 6:12). Juga dalam bagian lain, Paulus menyatakan: “Segala sesuatu diperbolehkan. Benar, tetapi bukan segala sesuatu berguna. ‘Segala sesuatu diperbolehkan.’ Benar, tetapi bukan segala sesuatu membangun” (1Kor. 10:23).
Paulus sendiri memberi perhatian terhadap kesehatan Timotius ketika ia menasihatinya demikian: “Janganlah lagi minum air saja, melainkan tambahkanlah anggur sedikit berhubung pencernaanmu terganggu dan tubuhmu sering lemah” (1Tim. 5:23). Nasihat ini merupakan sebuah saran standar dalam dunia medis pada waktu itu di mana masalah pencernaan biasanya ditanggani dengan meminum sedikit anggur. Bahkan menurut Talmud, anggur merupakan obat untuk masalah pencernaan. Ini bukanlah suatu keharusan dari pihak Paulus, tetapi sebuah nasihat yang lahir dari kasih serta perhatian Paulus terhadap Timotius.
Jadi, jika seseorang ingin berbicara mengenai pentingnya menyantap menu makanan yang sehat, ia dapat melakukannya dengan menjadikan konsep kebebasan Kristen sebagai acuan. Dalam konsep kebebasan Kristen, unsur-unsur semisal: hikmat dan kasih dapat digunakan sebagai konsep-konsep pendukung, sama seperti kedua konsep penting ini memainkan peranan penting dalam argumentasi Paulus mengenai kebebasan Kristen dalam Roma 14 maupun dalam 1 Korintus 8. Hikmat menolong kita untuk menentukan keputusan yang tepat dalam hal memilih menu makanan yang sehat serta memberi kita basis untuk mengendalikan diri terhadap dorongan nafsu makan yang berbahaya bagi kesehatan tubuh. Kasih mengingatkan kita bahwa semua yang kita lakukan terhadap tubuh kita tidak terlepas dari kasih terhadap Allah dan kasih terhadap sesama. Kesehatan tubuh akan menjadi salah satu properti penting untuk kita menunaikan tanggung jawab kita kepada Tuhan, termasuk dalam memampukan kita untuk menunaikan tanggung jawab kita kepada orang-orang yang kita kasihi melalui bekerja tanpa terganggu oleh masalah kesehatan. Dalam konteks ini, Paulus menyatakan: “Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah” (1Kor. 10:31).





B. Saran-saran

Ada beberapa saran yang hendak disampaikan disini, yaitu :

Pertama, perlu menghargai komunitas Kristen yang menjadikan hal makan sebagai bagian moral yang bersifat etis teologis.Sebagaimana yang terjadi dalam kalangan gereja Advent hari ketujuh dan kelompok Kristen yang menganut pemahaman teologis semacam ini. Dikatakan demikian karena tidak ada pendekatan teologi terhadap Alkitab yang bersifat sempurna. Semuanya sedang dalam proses menunuju kesempurnaan. Artinya pandangan teologis kelompok Kristen terbuka untuk dikoreksi sesuai perkembangan zaman.
Kedua, perlu juga mengharagai pandangan teologis yang menyatakan semuanya telah digenapi dalam diri Yesus. Jadi masalah makanan adalah kebebasan orang Kristen. Dalam kebebasan itu orang Kristen tidak harus menganut hukum taurat baru yang mengatur jangan makan ini dan makan itu. Ada pada setiap orang Kristen kemampuan untuk memahami dan memakan makanan yang berguna bagi tubuhnya. Jadi, makanan tidak harus dijadikan sebagai keharusan moral.
Previous Post
Next Post
Related Posts